Download Atlantis in the Java Sea, Peradaban Nusantara Kuno dan Sundaland, Peradaban Sundaland, Peradaban Nusantara Purba, Download Video Atlantis, Atlantis Indonesia, Atlantis in the Java Sea, Last Glacial Vegetation of Sundaland, Sundaland in the Last Glacial Period, The capital city of Atlantis, The geography of Atlantis
Salah seorang peneliti bekas Kota Atlantis di Indonesia, Dhani Irwanto, 53 tahun, mengumpulkan sedikitnya 60 bukti tentang kota legenda itu di Laut Jawa. Kajiannya yang telah dibukukan itu dibuat berdasarkan petunjuk tulisan Plato, filsuf Yunani, yang juga mencatat keberadaan Atlantis secara rinci pada 360 tahun sebelum Masehi. Bukti tersebut, antara lain, ditemukan di Pulau Bawean yang, dinilai Dhani, merupakan purwarupa Atlantis.
Bukti yang pertama ditelusuri, kata Dhani, yakni dataran dan saluran. Luas dataran Atlantis pada 11.600 tahun lebih silam itu adalah 555 x 375 kilometer persegi. Berbentuk seperti selongsong peluru, ada pegunungan di bagian utara Atlantis serta laut di bagian selatan. “Lokasinya yang cocok dengan kondisi sekarang itu di wilayah Kalimantan Tengah,” ujarnya saat berdiskusi tentang misteri kuno di Lawang Wangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 2 Desember 2015.
Atlantis disebutkan Plato punya empat saluran air utama yang mengelilingi dataran. Kemudian ada saluran terusan untuk transportasi sehingga antarsungai terhubung serta saluran irigasi pasang-surut. “Pulau Bawean dekat dengan lokasi hipotesis saya. Jarak antara lokasi dan Pulau Bawean adalah 150 kilometer. Di Pulau Bawean juga ditemukan batu merah, hitam, dan putih, seperti cerita Plato,” kata insinyur teknik sipil Universitas Gadjah Mada lulusan 1987 itu.
Kecocokan lain dari gambaran Plato di antaranya Atlantis punya dua musim dan cenderung hangat setiap tahun, tumbuhan, makanan, dan budaya. Atlantis, kata Dhani, tenggelam 11.600 tahun lampau. Lokasi dugaannya kini di sebelah timur laut Pulau Bawean dan tertutup terumbu karang sedalam 50 meter. “Tenggelam karena gempa dan tsunami serta terjadinya kenaikan permukaan air laut,” ujarnya.
Teori baru soal keberadaan Atlantis di Laut Jawa itu, kata Dhani, setelah ia membaca buku Arysio Santos tentang Atlantis yang berada di Indonesia. Ia sendiri mengaku belum membuktikan langsung keberadaan langsung Atlantis di bawah Laut Jawa itu karena kondisi lautnya yang cukup ganas. Jika benar Atlantis ada di sekitar Pulau Bawean, kata Dhani, temuan tersebut menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia merupakan negara yang besar dan maju.
Benarkah Benua Atlantis layaknya cerita Plato dalam "Timaeus and Critias" di Laut Jawa? Pakar hidrologi Dhani Irwanto memperkirakan kebenaran hal itu, tepatnya pada kemiringan satu derajat turun dari Pulau Kalimantan.
"Plato menceritakan dataran Atlantis adalah dataran rata dan halus, serta turun menuju laut," ujarnya, usai peluncuran bukunya yang berjudul "Atlantis The Lost City Is In Java Sea" di Jakarta, Rabu.
![]() |
dhani irwanto |
Ia mengemukakan, Plato menyebut Atlantis berupa dataran yang dikeliling oleh pengunungan yang indah besar dan kecil, yang identik dengan Pegunungan Muller Schwaner dan Meratus.
Atlantis, menurut Plato, menghadap ke selatan dan terlindung di sebelah utara, berbentuk persegi dan lonjong sepanjang sekira 555 kilometer dan lebarnya 370 kilometer.
"Tanahnya subur, rakyatnya makmur, banyak sungai, kaya, dan banyak padang rumput," ujarnya, mengutip penggambaran dari Plato.
Dhani mengemukakan, saluran-saluran yang diceritakan oleh Plato merupakan sungai-sungai yang berasal dari Pegunungan Muller Schaner dan Meratus. Pada saat itu, Jawa, Sumatera dan Kalimantan masih bersatu.
"Sungai menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat," ujarnya.
Dia berpendapat, Atlantis merupakan pulau yang terletak di atas Pulau Bawean, yang kemudian tenggelam oleh gempa dan tsunami.
"Plato menyebut Atlantis terletak dalam sebuah selat yang mempunyai pelabuhan. Itu berada di Laut Jawa," katanya.
Ia pun menilai, Pulau Bawean adalah model dari Atlantis, yang memilki lingkungan, formasi geologi dan kegiatan tektokni yang sama.
Pulau Bawean dan Atlantis, dikemukakannya, terletak di Bawean, terbentuk di masa Paleogen dan Neogen melalui proses tektoknik yang disebabkan oleh patahan ekstensional di Laut Jawa dan Kalimantan.
Selain itu, ia menyatakan, Pulau Bawean terdiri dari 85 persen batuan beku. Batuan berwarna putih (asam), hitam (basa), dan merah (oksida besi) juga dijelaskan Plato.
Kota di Pulau Atlantis dalam catatan Plato, seperti dua cincin api, yang ditengah-tengahnya adalah kerajaan.
Beberapa jejak dari Atlantis yang masih tersisa, yakni Pilar Herkules yang merupakan penanda batas Atlantis. Herkules, menurut Dhani, identik dengan Kala atau Batara Kala dalam Bahasa Jawa yang berarti kelahirannya tidak senonoh, dan selalu ingin memuaskan selera, kasar, brutal, dan hidup dalam kekerasan.
Wajah Kala banyak ditemukan di pintu masuk candi, gerbang, di Jawa dan Bali, termasuk ornamen di perahu, jamu, padi, fauna, kelapa, kopi hingga tapai.
Bahkan, ia mengemukakan, istilah Dewa Poseidon yang berarti Dewa Laut, sama halnya dengan Dewa Baruna yang bermakna Dewa Air.
Meskipun demikian, Dhani belum bisa menunjukkan bukti otentik keberadaan benua atau Pulau Atlantis. Ia berargumen benua tersebut telah tertutup terumbu karang setinggi 60 meter.
"Perlu ada eksplorasi mendalam untuk mengetahui keberadaan Atlantis," katanya menambahkan.
Peneliti dari Brazil Prof Stephen Oppenheimer juga pernah menerbitkan buku mengenai analisisnya bahwa Atlantis ada di Indonesia.
Kemudian, Stephen Oppenheimer dalam "Eden in The East" menyebut bahwa Atlantis berada di Asia Tenggara.
sumber: tempo dan antara
Atlantis in the Java Sea
Last Glacial Vegetation of Sundaland
Sundaland in the Last Glacial Period
The capital city of Atlantis
The geography of Atlantis
COMMENTS