Membahas Persoalan Menyusui Orang Dewasa Bukan Muhrim Beserta Fitnahannya
Hadist menyusui lelaki dewasa kerap di salah tafsir kan para
pengkritik islam dengan sembrono.mereka mengatakan bahwa prosedur
penyusuan nya adalah lelaki dewasa mengeyot payudara wanita dewasa
secara langsung.tentu tafsiran seperti itu adalah sembarangan dan
terkesan sembrono.tafsiran sembrono ini berangkat dari pemahaman islam
yang dangkal dan tak menyeluruh.
DASAR HADIST YANG MENJADI SUMBER TUDUHAN
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: جَاءَتْ سَهْلَةُ بِنْتُ سُهَيْلٍ اِلَى النَّبِيِّ ص
فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنِّى اَرَى فِى وَجْهِ اَبِى حُذَيْفَةَ
مِنْ دُخُوْلِ سَالِمٍ (وَ هُوَ حَلِيْفُهُ). فَقَالَ النَّبيُّ ص:
اَرْضِعِيْهِ. قَالَتْ: وَ كَيْفَ اُرْضِعُهُ وَ هُوَ رَجُلٌ كَبِيْرٌ؟
فَتَبَسَّمَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ قَالَ: قَدْ عَلِمْتُ اَنَّهُ رَجُلٌ
كَبِيْرٌ. مسلم
Dari ‘Aisyah, ia
berkata : Sahlah binti Suhail (istri Abu Hudzaifah) datang kepada Nabi
SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku melihat perubahan
wajah Abu Hudzaifah berkenaan dengan keberadaan Salim di rumah kami,
bagaimanakah yang demikian itu ?”. (Salim adalah anak angkatnya). Nabi
SAW bersabda, “Susuilah dia !”. Sahlah berkata, “Bagaimana aku
menyusuinya sedangkan dia adalah seorang laki-laki yang sudah besar ?”.
Maka Rasulullah SAW tersenyum lalu bersabda, “Aku tahu dia itu seorang
laki-laki yang sudah besar”. [HR. Muslim]
عَنْ
عَائِشَةَ اَنَّ سَالِمًا مَوْلَى اَبِى حُذَيْفَةَ كَانَ مَعَ اَبِى
حُذَيْفَةَ وَ اَهْلِهِ فِى بَيْتِهِمْ. فَاَتَتْ (تَعْنِى اِبْنَةَ
سُهَيْلٍ) النَّبِيَّ ص، فَقَالَتْ: اِنَّ سَالِمًا قَدْ بَلَغَ مَا
يَبْلُغُ الرِّجَالُ، وَ عَقَلَ مَا عَقَلُوْا، وَ اِنَّهُ يَدْخُلُ
عَلَيْنَا وَ اِنِّى اَظُنُّ اَنَّ فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ مِنْ ذلِكَ
شَيْئًا. فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ ص: اَرْضِعِيْهِ، تَحْرُمِى عَلَيْهِ
وَ يَذْهَبِ الَّذِى فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ. فَرَجَعَتْ، فَقَالَتْ:
اِنِّى قَدْ اَرْضَعْتُهُ، فَذَهَبَ الَّذِى فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ. مسلم
Dari ‘Aisyah RA,
bahwasanya Salim bekas budaknya Abu Hudzaifah ikut bersama Abu Hudzaifah
dan keluarganya di rumah mereka. Lalu istri Abu Hudzaifah (anak
perempuan Suhail), datang kepad Nabi SAW, dan berkata, “Sesungguhnya
Salim telah baligh, dan akalnya pun sebagaimana pada umumnya orang
dewasa. Dan dia berada di rumah kami. Sedangkan aku menyangka bahwa pada diri Abu Hudzaifah ada sesuatu (kecemburuan) berkenaan dengan hal itu, bagaimanakah yang demikian itu ?”. Nabi
SAW bersabda kepadanya, “Susuilah dia, maka kamu menjadi haram
kepadanya dan akan hilanglah sesuatu yang ada pada diri Abu Hudzaifah”.
Lalu Sahlah pulang. Kemudian ia berkata, “Sungguh aku telah
menyusuinya”. Maka hilanglah sesuatu yang ada pada diri Abu Hudzaifah. [HR. Muslim]
عَنْ
زَيْنَبَ بِنْتِ اُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قَالَتْ اُمُّ سَلَمَةَ
لِعَائِشَةَ: اِنَّهُ يَدْخُلُ عَلَيْكِ اْلغُلاَمُ اْلاَيْفَعُ الَّذِى
مَا اُحِبُّ اَنْ يَدْخُلَ عَلَيَّ؟ فَقَالَتْ عَائِشَةُ: اَمَا لَكِ فِى
رَسُوْلِ اللهِ ص اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ؟ وَ قَالَتْ: اِنَّ امْرَأَةَ اَبِى
حُذَيْفَةَ قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّ سَالِمًا يَدْخُلُ عَلَيَّ
وَ هُوَ رَجُلٌ وَ فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ مِنْهُ شَيْءٌ، فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص: اَرْضِعِيْهِ حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْكِ. احمد و مسلم
Dari Zainab binti Ummu Salamah, ia berkata : Ummu
Salamah berkata kepada A’isyah, “Sesungguhnya ada seorang yang sudah
baligh keluar-masuk ke (rumah)mu yang aku sendiri tidak menyukai ia
masuk (rumah)ku”. Lalu Aisyah menjawab, “Tidakkah pada diri Rasulullah SAW ada suri teladan yang baik bagimu ?”. Dan
‘Aisyah berkata (lagi) : Sesungguhnya istri Abu Hudzaifah pernah
berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Salim keluar masuk (rumah)-ku,
sedang ia kini telah dewasa sedangkan pada diri Abu Hudzaifah ada sesuatu terhadapnya, yang demikian itu bagaimana ?”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Susuilah ia, sehingga ia (boleh) keluar masuk (rumah)mu”. [HR. Ahmad dan Muslim].
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ
أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ رَضَاعَةِ الْكَبِيرِ فَقَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ
بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ أَبَا حُذَيْفَةَ بْنَ عُتْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ
وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَكَانَ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا وَكَانَ تَبَنَّى سَالِمًا الَّذِي يُقَالُ
لَهُ سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ كَمَا تَبَنَّى رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ وَأَنْكَحَ أَبُو
حُذَيْفَةَ سَالِمًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ ابْنُهُ أَنْكَحَهُ بِنْتَ
أَخِيهِ فَاطِمَةَ بِنْتَ الْوَلِيدِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ وَهِيَ
يَوْمَئِذٍ مِنْ الْمُهَاجِرَاتِ الْأُوَلِ وَهِيَ مِنْ أَفْضَلِ أَيَامَى
قُرَيْشٍ فَلَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ فِي زَيْدِ
بْنِ حَارِثَةَ مَا أَنْزَلَ فَقَالَ { ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ
أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ
فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ } رُدَّ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْ
أُولَئِكَ إِلَى أَبِيهِ فَإِنْ لَمْ يُعْلَمْ أَبُوهُ رُدَّ إِلَى
مَوْلَاهُ فَجَاءَتْ سَهْلَةُ بِنْتُ سُهَيْلٍ وَهِيَ امْرَأَةُ أَبِي
حُذَيْفَةَ وَهِيَ مِنْ بَنِي عَامِرِ بْنِ لُؤَيٍّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ كُنَّا
نَرَى سَالِمًا وَلَدًا وَكَانَ يَدْخُلُ عَلَيَّ وَأَنَا فُضُلٌ وَلَيْسَ
لَنَا إِلَّا بَيْتٌ وَاحِدٌ فَمَاذَا تَرَى فِي شَأْنِهِ فَقَالَ لَهَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْضِعِيهِ خَمْسَ
رَضَعَاتٍ فَيَحْرُمُ بِلَبَنِهَا وَكَانَتْ تَرَاهُ ابْنًا مِنْ
الرَّضَاعَةِ فَأَخَذَتْ بِذَلِكَ عَائِشَةُ أُمُّ الْمُؤْمِنِينَ فِيمَنْ
كَانَتْ تُحِبُّ أَنْ يَدْخُلَ عَلَيْهَا مِنْ الرِّجَالِ فَكَانَتْ
تَأْمُرُ أُخْتَهَا أُمَّ كُلْثُومٍ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ
وَبَنَاتِ أَخِيهَا أَنْ يُرْضِعْنَ مَنْ أَحَبَّتْ أَنْ يَدْخُلَ
عَلَيْهَا مِنْ الرِّجَالِ وَأَبَى سَائِرُ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَدْخُلَ عَلَيْهِنَّ بِتِلْكَ
الرَّضَاعَةِ أَحَدٌ مِنْ النَّاسِ وَقُلْنَ لَا وَاللَّهِ مَا نَرَى
الَّذِي أَمَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
سَهْلَةَ بِنْتَ سُهَيْلٍ إِلَّا رُخْصَةً مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَضَاعَةِ سَالِمٍ وَحْدَهُ لَا وَاللَّهِ
لَا يَدْخُلُ عَلَيْنَا بِهَذِهِ الرَّضَاعَةِ أَحَدٌ فَعَلَى هَذَا كَانَ
أَزْوَاجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَضَاعَةِ
الْكَبِيرِ
Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab bahwa dia pernah ditanya tentang hukum menyusui orang yang sudah dewasa. Lalu ia berkata, ” Urwah bin Zubair mengabarkan kepadaku bahwa
Abu Hudzaifah bin ‘Utbah bin Rabi’ah -salah seorang sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang ikut perang Badar-, dia telah
mengadopsi Salim yang biasa dipanggil ‘Salim mantan budak Abu Hudzaifah’
sebagai anaknya, yaitu sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengadopsi Zaid bin Haritsah sebagai anak angkat beliau. Abu Hudzaifah menganggap Salim sudah seperti anaknya sendiri, oleh
karenanya dia menikahkan Salim dengan anak saudaranya, yaitu Fathimah
binti Al Walid bin ‘Utbah bin Rabi’ah. Ketika itu Fatimah termasuk
orang-orang yang pertama-tama ikut berhijrah, dia juga termasuk janda
dari kalangan Quraisy yang utama. Tatkala Allah Ta’ala menurunkan ayat
dalam kitab-Nya berkenaan dengan kasus Zaid bin Haritsah, yaitu:
‘(Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama
bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah Ta’ala, dan
jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka
sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maula-mu) ‘ maka setiap
anak yang diadopsi dikembalikan kepada bapaknya masing-masing. Jika
tidak diketahui siapa bapakanya, maka dikembalikan kepada para walinya. Sahlah
binti Suhail, isteri Abu Hudzaifah dari Bani ‘Amir bin Lu`ai menemui
Rasulullah Shalla Allahu ‘alaihi wa sallam dan berkata; “Wahai
Rasulullah, kami dulu melihat Salim sebagai anak yang masih kecil, dia
sering memasuki kediamanku, sedang saya memakai pakaian sehari-hari dan
kami tidak mempunyai rumah kecuali hanya satu. Menurutmu bagaimana kami
harus menyiasatinya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Susuilah dia sebanyak lima kali susuan, sehingga dengan itu dia menjadi anak dari jalan persusuan.“
Aisyah Ummul Mukminin lalu melakukannya terhadap orang-orang yang ia
ingin bertemu dengannya. Maka ia menyuruh saudara wanitanya, Ummu
Kultsum binti Abu Bakar Ash Shiddiq dan anak-anak perempuan dari
saudaranya untuk menyusui orang yang dia sukai untuk bertemu dia. Namun
seluruh isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menolak menjadikan
penyusuan sebagai sarana agar seseorang boleh bertemu dengan salah satu
di antara mereka. Mereka lalu
berkata; “Tidak, demi Allah, menurut pendapat kami perintah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Sahlah binti Suhail tidak diberikan
kepadanya kecuali sebagai keringanan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan itu khusus baginya. Tidak, demi Allah,
seseorang tidak boleh bertemu dengan kami hanya lantaran penyusuan
semacam ini.” Begitulah pandangan isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mengenai penyusuan anak dewasa atau yang beranjak besar.”
Menurut para pengkritik islam,cara penyusuan salim
di lakukan Sahlah binti suhail(isteri Huzaifah)dengan cara sahlah
membuka payudara nya di depan salim,lalu salim yang sudah dewasa dan
berjenggot itu mengenyot susu sahlah langsung agar menjadi menjadi
saudara susu sahlah.tentu tafsiran ini terlalu sembrono dan sangat
menggampang kan masalah.hanya karena melihat teks hadist di atas secara
setipis kulit ari sudah berani menyimpulkan semau nya sendiri tafsiran
nya.tentu tafsiran para pengkritik dan penghujat islam di atas terlalu
sembrono dan sok tahu.
SAHLAH BINTI SUHAIL SENDIRI MENGANGGAP MENYUSUI LELAKI DEWASA LANGSUNG PERBUATAN TAK PANTAS,DAN RASULULLAH MENG IYA KAN,BAHWA ITU TAK PANTAS
Seperti matan hadis di bawah ini,perhatikan yang saya bold merah:
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: جَاءَتْ سَهْلَةُ بِنْتُ سُهَيْلٍ اِلَى النَّبِيِّ ص
فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنِّى اَرَى فِى وَجْهِ اَبِى حُذَيْفَةَ
مِنْ دُخُوْلِ سَالِمٍ (وَ هُوَ حَلِيْفُهُ). فَقَالَ النَّبيُّ ص:
اَرْضِعِيْهِ. قَالَتْ: وَ كَيْفَ اُرْضِعُهُ وَ هُوَ رَجُلٌ كَبِيْرٌ؟
فَتَبَسَّمَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ قَالَ: قَدْ عَلِمْتُ اَنَّهُ رَجُلٌ
كَبِيْرٌ. مسلم
Dari ‘Aisyah, ia
berkata : Sahlah binti Suhail (istri Abu Hudzaifah) datang kepada Nabi
SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku melihat perubahan
wajah Abu Hudzaifah berkenaan dengan keberadaan Salim di rumah kami,
bagaimanakah yang demikian itu ?”. (Salim adalah anak angkatnya). Nabi
SAW bersabda, “Susuilah dia !”. Sahlah berkata, “Bagaimana aku
menyusuinya sedangkan dia adalah seorang laki-laki yang sudah besar ?”.
Maka Rasulullah SAW tersenyum lalu bersabda, “Aku tahu dia itu seorang
laki-laki yang sudah besar”. [HR. Muslim]
Jelas,Nabi dan sahlah mengetahui salim sudah dewasa dan tak pantas di
susui langsung oleh sahlah.pengetahuan itu sudah umum dan sudah maklum
ada nya.terjadi pengingkaran jika kelakuan menyusui langsung dari
payudara itu adalah salah,keji dan terlarang.jadi tak ada indikasi
sahlah membuka payudara nya lalu salim mengenyot puting susu sahlah.
ABU HUZAIFAH SEORANG LELAKI PENCEMBURU,BAGAI MANA MUNGKIN IA RELA PUTING PAYUDARA ISTERI NYA LANGSUNG DI KENYOT SALIM?
Perhatikan hadist di bawah ini tentang sifat cemburu Abu huzaifah
yang besar.Abu huzaifah memang mengadopsi salim sejak kecil,begitu salim
tumbuh menjadi pemuda dewasa,timbul kecemburuan Abu huzaifah terhadap
salim…salim pada saat itu(sebelum di susui)adalah bukan mahram sahlah.
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: جَاءَتْ سَهْلَةُ بِنْتُ سُهَيْلٍ اِلَى النَّبِيِّ ص
فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنِّى اَرَى فِى وَجْهِ اَبِى حُذَيْفَةَ
مِنْ دُخُوْلِ سَالِمٍ (وَ هُوَ حَلِيْفُهُ). فَقَالَ النَّبيُّ ص:
اَرْضِعِيْهِ. قَالَتْ: وَ كَيْفَ اُرْضِعُهُ وَ هُوَ رَجُلٌ كَبِيْرٌ؟
فَتَبَسَّمَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ قَالَ: قَدْ عَلِمْتُ اَنَّهُ رَجُلٌ
كَبِيْرٌ. مسلم
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Sahlah binti Suhail (istri Abu Hudzaifah) datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku melihat perubahan wajah Abu Hudzaifah berkenaan dengan keberadaan Salim di rumah kami, bagaimanakah
yang demikian itu ?”. (Salim adalah anak angkatnya). Nabi SAW bersabda,
“Susuilah dia !”. Sahlah berkata, “Bagaimana aku menyusuinya sedangkan
dia adalah seorang laki-laki yang sudah besar ?”. Maka Rasulullah SAW
tersenyum lalu bersabda, “Aku tahu dia itu seorang laki-laki yang sudah
besar”. [HR. Muslim]
عَنْ
عَائِشَةَ اَنَّ سَالِمًا مَوْلَى اَبِى حُذَيْفَةَ كَانَ مَعَ اَبِى
حُذَيْفَةَ وَ اَهْلِهِ فِى بَيْتِهِمْ. فَاَتَتْ (تَعْنِى اِبْنَةَ
سُهَيْلٍ) النَّبِيَّ ص، فَقَالَتْ: اِنَّ سَالِمًا قَدْ بَلَغَ مَا
يَبْلُغُ الرِّجَالُ، وَ عَقَلَ مَا عَقَلُوْا، وَ اِنَّهُ يَدْخُلُ
عَلَيْنَا وَ اِنِّى اَظُنُّ اَنَّ فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ مِنْ ذلِكَ
شَيْئًا. فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ ص: اَرْضِعِيْهِ، تَحْرُمِى عَلَيْهِ
وَ يَذْهَبِ الَّذِى فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ. فَرَجَعَتْ، فَقَالَتْ:
اِنِّى قَدْ اَرْضَعْتُهُ، فَذَهَبَ الَّذِى فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ. مسلم
Dari ‘Aisyah RA,
bahwasanya Salim bekas budaknya Abu Hudzaifah ikut bersama Abu Hudzaifah
dan keluarganya di rumah mereka. Lalu istri Abu Hudzaifah (anak
perempuan Suhail), datang kepad Nabi SAW, dan berkata, “Sesungguhnya
Salim telah baligh, dan akalnya pun sebagaimana pada umumnya orang
dewasa. Dan dia berada di rumah kami. Sedangkan aku menyangka bahwa pada diri Abu Hudzaifah ada sesuatu (kecemburuan) berkenaan dengan hal itu, bagaimanakah yang demikian itu ?”. Nabi SAW bersabda kepadanya, “Susuilah dia, maka kamu menjadi haram kepadanya dan akan hilanglah sesuatu yang ada pada diri Abu Hudzaifah”.
Lalu Sahlah pulang. Kemudian ia berkata, “Sungguh aku telah
menyusuinya”. Maka hilanglah sesuatu yang ada pada diri Abu Hudzaifah. [HR. Muslim]
Perhatikan,seorang lelaki pencemburu,isteri nya di lihat saja ia
sudah marah.isteri nya bertemu lelaki lain saja sudah cemburu.seperti
hal yang terjadi pada Abu huzaifah terhadap salim yang telah mulai
beranjak dewasa.bagai mana mungkin seorang lelaki pencemburu besar
seperti Abu huzaifah rela isteri nya buka BH lalu membuka 2 payudara nya
lalu menyusui salim?.seorang lelaki pencemburu besar isteri nya bicara
pada lelaki lain saja marah luar biasa,konon lagi payudara isteri nya di
sentuh apalagi di kenyot lelaki lain,tentu lelaki itu bisa-bisa di
bunuh.
TUJUAN SALIM DI SUSUI SAHLAH:AGAR SALIM MENJADI HARAM DI NIKAHI SAHLAH,HINGGA MENENTRAM KAN HATI KECEMBURUAN ABU HUZAIFAH
Perhatikan hadist yang saya bold merah
عَنْ
عَائِشَةَ اَنَّ سَالِمًا مَوْلَى اَبِى حُذَيْفَةَ كَانَ مَعَ اَبِى
حُذَيْفَةَ وَ اَهْلِهِ فِى بَيْتِهِمْ. فَاَتَتْ (تَعْنِى اِبْنَةَ
سُهَيْلٍ) النَّبِيَّ ص، فَقَالَتْ: اِنَّ سَالِمًا قَدْ بَلَغَ مَا
يَبْلُغُ الرِّجَالُ، وَ عَقَلَ مَا عَقَلُوْا، وَ اِنَّهُ يَدْخُلُ
عَلَيْنَا وَ اِنِّى اَظُنُّ اَنَّ فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ مِنْ ذلِكَ
شَيْئًا. فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ ص: اَرْضِعِيْهِ، تَحْرُمِى عَلَيْهِ
وَ يَذْهَبِ الَّذِى فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ. فَرَجَعَتْ، فَقَالَتْ:
اِنِّى قَدْ اَرْضَعْتُهُ، فَذَهَبَ الَّذِى فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ. مسلم
Dari ‘Aisyah RA,
bahwasanya Salim bekas budaknya Abu Hudzaifah ikut bersama Abu Hudzaifah
dan keluarganya di rumah mereka. Lalu istri Abu Hudzaifah (anak
perempuan Suhail), datang kepad Nabi SAW, dan berkata, “Sesungguhnya
Salim telah baligh, dan akalnya pun sebagaimana pada umumnya orang
dewasa. Dan dia berada di rumah kami. Sedangkan aku menyangka bahwa pada
diri Abu Hudzaifah ada sesuatu (kecemburuan) berkenaan dengan hal itu,
bagaimanakah yang demikian itu ?”. Nabi
SAW bersabda kepadanya, “Susuilah dia, maka kamu menjadi haram
kepadanya dan akan hilanglah sesuatu yang ada pada diri Abu Hudzaifah”. Lalu
Sahlah pulang. Kemudian ia berkata, “Sungguh aku telah menyusuinya”.
Maka hilanglah sesuatu yang ada pada diri Abu Hudzaifah. [HR. Muslim]
Abu huzaifah terus terbakar cemburu pada salim,sebab salim status nya
bisa menikahi isteri nya sahlah,jika sahlah kelak jatuh cinta pada
salim.padahal hal itu cuma bayangan kecemburuan Abu huzaifah
belaka.hari-hari abu huzaifah di penuhi duri-duri kecemburuan semacam
itu.maka itu untuk menentram kan hati Abu huzaifah,salim harus menjadi
haram di kawini oleh sahlah melalui jalur persusuan.hingga kecemburuan
abu huzaifah teratasi dengan cara itu….saya kasih suatu gambaran
saja…anda mengadopsi seorang anak lelaki kecil,lalu besar menjadi pemuda
tampan.sementara anak itu bisa saja membuat isteri anda yang cantik
tergoda(dalam bayangan anda yang penuh cemburu),lalu meninggal kan anda
untuk menikah di penghulu.maka agar anak itu jadi haram di nikahi isteri
anda di pengadilan agama,maka di tempuh jalur persusuan agar saling
haram mengawini…maka tentram lah anda dari bayangan-bayangan anda
itu…sebab anak angkat anda dan isteri anda sudah TERKUNCI,tak bisa
menikah selama nya sebab sudah menjadi haram karena persusuan….pada
kasus sahlah,kecemburuan huzaifah cuma gambaran dan bayang-bayang
ketakutan saja,isteri-isteri jaman nabi terkenal bisa menjaga
diri..tetapi hati abu huzaifah belum tentram sebelum masalah ini
selesai.
TUJUAN SALIM DI SUSUI SAHLAH:AGAR BISA KELUAR MASUK RUMAH ABU HUZAIFAH DAN SAHLAH DENGAN STATUS MAHRAM
عَنْ
زَيْنَبَ بِنْتِ اُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قَالَتْ اُمُّ سَلَمَةَ
لِعَائِشَةَ: اِنَّهُ يَدْخُلُ عَلَيْكِ اْلغُلاَمُ اْلاَيْفَعُ الَّذِى
مَا اُحِبُّ
اَنْ يَدْخُلَ عَلَيَّ؟ فَقَالَتْ عَائِشَةُ: اَمَا لَكِ فِى رَسُوْلِ
اللهِ ص اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ؟ وَ قَالَتْ: اِنَّ امْرَأَةَ اَبِى حُذَيْفَةَ
قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّ سَالِمًا يَدْخُلُ عَلَيَّ وَ هُوَ
رَجُلٌ وَ فِى نَفْسِ اَبِى حُذَيْفَةَ مِنْهُ شَيْءٌ، فَقَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص: اَرْضِعِيْهِ حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْكِ. احمد و مسلم
Dari Zainab binti Ummu Salamah, ia berkata : Ummu
Salamah berkata kepada A’isyah, “Sesungguhnya ada seorang yang sudah
baligh keluar-masuk ke (rumah)mu yang aku sendiri tidak menyukai ia
masuk (rumah)ku”. Lalu Aisyah menjawab, “Tidakkah pada diri Rasulullah SAW ada suri teladan yang baik bagimu ?”. Dan
‘Aisyah berkata (lagi) : Sesungguhnya istri Abu Hudzaifah pernah
berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Salim keluar masuk (rumah)-ku,
sedang ia kini telah dewasa sedangkan pada diri Abu Hudzaifah ada sesuatu terhadapnya, yang demikian itu bagaimana ?”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Susuilah ia, sehingga ia (boleh) keluar masuk (rumah)mu”. [HR. Ahmad dan Muslim].
Sehingga salim bisa melihat sahlah melepas kerudung kepala nya dengan
pakaian yang sopan tentu nya.sebab salim sudah menjadi mahram sahlah
lewat jalur persusuan.dan telah haram untuk saling menikahi dengan dasar
ayat quran sbb:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَٰتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَٰتُكُمْ
وَعَمَّٰتُكُمْ وَخَٰلَٰتُكُمْ وَبَنَاتُ ٱلْأَخِ وَبَنَاتُ ٱلْأُخْتِ
وَأُمَّهَٰتُكُمُ ٱلَّٰتِىٓ أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَٰتُكُم مِّنَ
ٱلرَّضَٰعَةِ وَأُمَّهَٰتُ نِسَآئِكُمْ وَرَبَٰٓئِبُكُمُ ٱلَّٰتِى فِى
حُجُورِكُم مِّن نِّسَآئِكُمُ ٱلَّٰتِى دَخَلْتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمْ
تَكُونُوا۟ دَخَلْتُم بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَٰٓئِلُ
أَبْنَآئِكُمُ ٱلَّذِينَ مِنْ أَصْلَٰبِكُمْ وَأَن تَجْمَعُوا۟ بَيْنَ
ٱلْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورًۭا
رَّحِيمًۭا
Diharamkan atas kamu (mengawini): ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Menurut hadist dari Imam malik 1113 sbb:
Sahlah binti Suhail, isteri
Abu Hudzaifah dari Bani ‘Amir bin Lu`ai menemui Rasulullah Shalla Allahu
‘alaihi wa sallam dan berkata; “Wahai Rasulullah, kami dulu melihat
Salim sebagai anak yang masih kecil, dia sering memasuki kediamanku,
sedang saya memakai pakaian sehari-hari dan kami tidak mempunyai rumah
kecuali hanya satu. Menurutmu bagaimana kami harus menyiasatinya?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Susuilah dia sebanyak lima kali susuan, sehingga dengan itu dia menjadi anak dari jalan persusuan.“
RASULULLAH MENGHARAM KAN MENYENTUH KULIT WANITA BUKAN MAHRAM DENGAN ANCAMAN KERAS,MAKA BAGAI MANA MUNGKIN CARA MENYUSUI SALIM DENGAN MENGENYOT PUTING PAYUDARA SAHLAH LANGSUNG?
Para penghujat islam umum nya menghujat berangkat dari hawa nafsu
kebodohan mereka,tampa mau mengkaji lebih dalam dan jujur tentang
hadist-hadist menyusui orang dewasa di atas.lalu mengambil kesimpulan
yang sembrono dan propokatif.tampa mengkaji maksud syariat islam secara
luas.Rasulullah melarang keras menyentuh kulit wanita bukan mahram.
Daripada Ma’qil B. Yasar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
لأن يطعن في رأس رجل بمخيط من حديد خير من أن يمس امرأة لا تحل له
Terjemahan: Sekiranya kepala salah seorang daripada kamu ditusuk dengan jarum besi, itu adalah lebih baik bagi kamu daripada kamu menyentuh wanita yang tidak halal bagi kamu. (Hadis Riwayat ath-Thabrani, Mu’jam al-Kabir, 20/211-212, no. 486 & 487)
Takhrij: Hadis Riwayat ath-Thabrani, Mu’jam al-Kabir, 20/211-212, no. 486 & 487. Al-Haitsami berkata: Para perawinya adalah perawi yang sahih. Imam al-Mundziri berkata: para perawi ath-Thabrani adalah tsiqah dan termasuk para perawi yang sahih. Disahihkan oleh Syaikh al-Albani, as-Silsilah ash-Shohihah, 1/447, no. 226.Juga diriwayatkan oleh ar-Ruwaiyani, al-Musnad, 2/227 dari jalur Nashr B. ‘Ali, beliau berkata: “Ayahku menceritakan kepada kami, Syadad B. Sa’id telah menceritakan kepada kami, daripada Abu al-Alla’, beliau berkata, Ma’qil B. Yasar telah menceritakan kepadaku secara marfu’… (hadis di atas).”
Syaikh al-Albani berkata tentang sanad hadis ini (riwayat ar-Ruwaiyani): Ini adalah sanad yang bagus (jayyid). Semua perawinya tsiqah dan termasuk para perawi al-Bukhari dan Muslim, kecuali Syaddad B. Sa’id yang hanya merupakan perawi Imam Muslim sahaja. Ada sedikit komentar terhadapnya yang tidak boleh menurunkannya dari status hasan. Dengan sebab itu, Imam Muslim hanya meriwayatkan daripadanya sebagai syawahid. Adz-Dzahabi mengatakan dalam al-Mizan sebagai Sholihul hadis (hadis yang bagus). Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata di dalam at-Taqrib sebagai Shoduq yukhthi (jujur namun sering tersilap). (Rujuk: al-Albani, as-Silsilah ash-Shohihah, 1/447)
Penjelasan:
Syaikh al-Albani rahimahullah berkata:
و في الحديث وعيد شديد
لمن مس امرأة لا تحل له ، ففيه دليل على تحريم مصافحة النساء لأن ذلك مما
يشمله المس دون شك ، و قد بلي بها كثير من المسلمين في هذا العصر و فيهم
بعض أهل العلم ، و لو أنهم استنكروا ذلك بقلوبهم ، لهان الخطب بعض الشيء ، و
لكنهم يستحلون ذلك ، بشتى الطرق و التأويلات
Terjemahan: Pada hadis ini terdapat ancaman yang
keras (tegas) kepada sesiapa sahaja yang menyentuh wanita ajnabiyah
(yang bukan mahram). Padanya juga terdapat dalil atas haramnya
bersalaman (mushofahah) dengan wanita. Sebab itu, tidak diragukan bahawa
bersalaman itu mengandungi unsur bersentuhan. Pada masa ini, umat Islam
banyak diuji dengan situasi ini, dan di antara mereka adalah dari
kalangan ahli ilmu. Sekiranya mereka mengingkari perkara tersebut dengan
hati mereka, tentu ada sedikit kemudahan untuk menasihati mereka.
Tetapi sayangnya, mereka menghalalkan perkara tersebut dengan pelbagai
cara (jalan) dan takwilan (penafsiran). (Rujuk: al-Albani, as-Silsilah
ash-Shohihah al-Kamilah, 1/225)
Perhatikan pula hadist di bawah ini,menyentuh kulit wanita bukan mahram termasuk bagian dari zinah:
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ
نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ
زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ
وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ
زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ
الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Terjemahan: Persoalan anak Adam berkaitan zina telah ditentukan. Tidak mustahil, ia pasti melakukannya. Dua mata berzina dengan melihat, dua telinga berzina dengan mendengar, lidah berzina dengan berkata-kata, tangan berzina dengan menyentuh, kaki berzina dengan melangkah, hati berzina dengan angan-angan (kehendak), dan kemaluanlah yang akan membenarkan (merealisasikan) atau mendustakan semua itu. (Hadis Riwayat Muslim, Shohih Muslim, 13/125, no. 4802)
Menyentuh tangan wanita bukan mahram saja sudah di anggap zinah oleh
Rasulullah,apalagi dengan kurang ajar mengenyot puting wanita bukan
mahram.hendak nya orang-orang berakal bisa mengambil kesimpulan yang
jernih,bukan dengan nafsu memfitnah membabi buta dengan kebodohan
seperti yang di lakukan penghujat-penghujat islam……Imam an-Nawawi
rahimahullah menjelaskan:
Makna hadis di atas adalah bahawa setiap anak Adam itu ditakdirkan
untuk melakukan perbuatan zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina
dengan sebenar-benarnya, iaitu dengan memasukkan kemaluannya ke dalam
kemaluan wanita secara haram. Di antara mereka ada yang zinanya secara
majaz (kiasan), iaitu dengan melihat perkara-perkara yang haram, atau
dengan mendengar sesuatu yang mengajak kepada perzinaan dan usaha-usaha
untuk melakukan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan, atau menyentuh
wanita ajnabiyah (yang bukan mahram) dengan tangannya, atau menciumnya.
Atau dengan melangkah kaki menuju tempat perzinaan, melihat, menyentuh,
atau berkata-kata dengan cara yang haram bersama dengan wanita
ajnabiyah (yang bukan mahram), atau berangan-angan (imaginasi/berniat)
dengan hatinya. (an-Nawawi, al-Minhaj Syarah Shohih Muslim, 16/206)
mari kita simak hadist-hadist lain nya,di mana Rasulullah amat keras
sekali melarang menyentuh kulit wanita bukan mahram dengan keras sekali:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah bersalaman dengan
wanita yang tidak halal baginya walaupun dalam peristiwa bai’at.
Daripada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَايِعُ النِّسَاءَ بِالْكَلَامِ بِهَذِهِ
الْآيَةِ { لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا } قَالَتْ وَمَا مَسَّتْ يَدُ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَ امْرَأَةٍ إِلَّا
امْرَأَةً يَمْلِكُهَا
Terjemahan: Bahawasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berbai’at dengan kaum wanita secara lisan (tanpa bersalaman) untuk
ayat “Janganlah kamu mensyirikkan Allah dengan segala sesuatu”. Dan
tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah menyentuh
tangan wanita melainkan wanita yang dimilikinya. (Hadis Riwayat
al-Bukhari, Shohih al-Bukhari, 22/160, no. 6674)Juga melalui hadis ini:
وَلَا وَاللَّهِ مَا
مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ فِي الْمُبَايَعَةِ مَا
يُبَايِعُهُنَّ إِلَّا بِقَوْلِهِ قَدْ بَايَعْتُكِ عَلَى ذَلِكِ
Terjemahan:
Tidak, demi Allah, tidak pernah walau sekali pun tangannya (tangan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) menyentuh tangan seorang wanita ketika
melakukan bai’at. Beliau tidak membai’at para wanita
melainkan hanya dengan mengatakan: “Aku telah menerima bai’at kamu untuk
perkara-perkara tersebut.”. (Hadis Riwayat al-Bukhari, Shohih
al-Bukhari, 15/165, no. 4512)Daripada Umaimah Binti Ruqaiqah, ia
menyatakan:
أتيت رسول الله صلى الله
عليه وسلم في نساء لنبايعه، فأخذ علينا ما في القرآن: { أَنْ لا
يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا } الآية، وقال: “فيما استطعتن وأطقتن”، قلنا:
الله ورسوله أرحم بنا من أنفسنا، قلنا: يا رسول الله، ألا تصافحنا؟ قال
“إني لا أصافح النساء، إنما قولي لامرأة واحدة كقولي لمائة امرأة
Terjemahan: Aku pernah berjumpa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersama beebrapa orang wanita untuk berbai’at kepada beliau. Maka
beliau pun membai’at kami dengan apa yang terdapat di dalam al-Qur’an,
iaitu kami tidak boleh mensyirikkan Allah dengan segala sesuatu. Lalu
beliau bersabda, “Iaitu berkenaan dengan apa yang kamu mampu dan
sanggupi.”
Maka kami pun berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih menyayangi kami daripada diri kami sendiri.” Seterusnya kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita perlu bersalaman?”
Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bersalaman dengan wanita. Ucapanku
kepada seorang wanita bersamaan dengan untuk seratus orang wanita.”
(Hadis Riwayat Ahmad, Musnad Ahmad, 44/559, no. 27009. Tahqiq Syaikh
Syu’aib al-Arnauth: Isnadnya sahih, perawinya tsiqah daripada perawi
syaikhain (al-Bukhari & Muslim) kecuali Umaimah Binti Ruqaiqah.
Al-Hafiz Ibnu Katsir berkata di dalam tafsirnya, 8/96: Sanad hadis ini
sahih, diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi, an-Nasaa’i, dan Ibnu Majah
daripada hadits Sufyan B. ‘Uyainah. Juga diriwayatkan oleh an-Nasaa’i
daripada hadits ats-Tsauri dan Malik B. Anas. Semuanya bersumberkan
daripada Muhammad B. Al-Munkadir. At-Tirmidzi menyatakan: Hadis ini
hasan sahih)
Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syanqithi rahimahullah berkata di dalam tafsirnya:
أن النبيّ صلى الله عليه
وسلم ثبت عنه أنّه قال: “إني لا أصافح النساء”، الحديث. واللَّه يقول:
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ} ، فيلزمنا
ألاّ نصافح النساء اقتداء به صلى الله عليه وسلم، … وكونه صلى الله عليه
وسلم لا يصافح النساء وقت البيعة دليل واضح على أن الرجل لا يصافح المرأة،
ولا يمسّ شىء من بدنه شيئًا من بدنها؛ لأن أخفّ أنواع اللّمس المصافحة،
فإذا امتنع منها صلى الله عليه وسلم في الوقت الذي يقتضيها وهو وقت
المبايعة، دلَّ ذلك على أنها لا تجوز، وليس لأحد مخالفته صلى الله عليه
وسلم، لأنه هو المشرع لأُمّته بأقواله وأفعاله وتقريره
Terjemahan: Bahawasanya
telah tsabit daripada Nabi Shallallahu ‘alaihiw a Sallam, beliau
berkata, “Sesungguhnya aku tidak pernah bersalaman dengan kaum wanita.” Dan
Allah telah berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu
contoh tauladan yang baik.”. Dengan itu, demi untuk
mencontohi/mengikuti beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, maka kita
tidak bersalaman tangan dengan wanita ajnabiyah… dan
sikap beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang tidak bersalaman tangan
dengan wanita di ketika melakukan bai’ah adalah merupakan dalil yang
sangat jelas bahawa seseorang lelaki tidak boleh bersalaman tangan
dengan wanita yang bukan mahramnya dan tidak dibenarkan sama sekali dari
anggota badannya menyentuhnya. Ini adalah ekrana bentuk sentuhan yang
paling ringan adalah dengan bersalaman. Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam sendiri enggan untuk bersalaman dengan wanita ajnabiyah di
ketika waktu-waktu yang sangat diperlukan untuk bersalaman iaitu di
ketika waktu berbai’at, maka ini menunjukkan bahawa bersalaman tangan
dengan kaum wanita ajnabiyah itu adalah tidak dibenarkan.
Sesiapa pun tidak wajar untuk menyelisihi beliau. Kerana beliau adalah
yang membawa/menetapkan syari’at untuk umat beliau sama ada dengan
ucapan, perbuatan, ataupun pembenaran (taqrir). (al-Amin asy-Syanqitihi,
Adhwa’ul Bayan fii Idhahal Qur’an bil Qur’an, 6/256)Beliau juga
menyatakan:
وإنما أمر بغضّ البصر
خوف الوقوع في الفتنة، ولا شكّ أن مسّ البدن للبدن، أقوى في إثارة الغريزة،
وأقوى داعيًا إلى الفتنة من النظر بالعين، وكل منصف يعلم صحّة ذلك
Menundukkan pandangan (antara lelaki dengan wanita)
adalah diwajibkan kerana dibimbangi akan mengakibatkan kepada fitnah.
Tidak dinafikan bahawa sentuhan anggota tubuh lelaki ke tubuh wanita
yang bukan mahram adalah merupakan faktor yang paling kuat untuk
membangkitkan naluri syahwat dan pendorong yang paling kuat menuju
fitnah berbanding pandangan mata. Setiap orang yang normal memahami
kebenaran perkara ini…
أن ذلك ذريعة إلى التلذّذ بالأجنبية، لقلّة تقوى اللَّه في هذا الزمان وضياع الأمانة، وعدم التورّع عن الريبة
Terjemahan: Bahawasanya ini semua (bersalaman di antara lelaki dengan
wanita yang bukan mahram) membawa kepada usaha menikmatinya, disebabkan
berkurangnya sifat taqwa kepada Allah di zaman ini, hilangnya sikap
amanah, dan kosongnya nilai kehati-hatian. (al-Amin asy-Syanqitihi,
Adhwa’ul Bayan fii Idhahal Qur’an bil Qur’an, 6/257)
Imam nawawi berkata:
حيث حرم النظر حرم المس بطريق الأولى لأنه أبلغ لذة فيحرم
Terjemahan: Disebabkan melihat wanita yang bukan mahram itu diharamkan,
sudah tentu menyentuh kulitnya lebih diharamkan lagi. Ini adalah kerana
menyentuh lebih mudah membangkitkan syahwat. (Imam an-Nawawi, Raudhatut
Tholibin wa ‘Umdatul Muftiin, 7/27)
nah,dari hadist-hadist dan penjelasaan di atas,jelas sudah seterang
sinar mentari di siang hari bolong.di mana menyentuh kulit wanita bukan
mahram saja di larang oleh Rasulullah,apalagi mengenyot langsung puting
payudara sahlah oleh salim,tentu lebih di larang lagi.
MAKA PROSEDUR PENYUSUAN SALIM TAK MENGENYOT PUTING PAYUDARA SAHLAH LANGSUNG,TETAPI DI PERAS LALU DI MINUM OLEH SALIM
Dalam Kitab Tabaqat Al-Kubra, Ibnu Sa’ad menyebutkan sebuah riwayat, dari Muhammad bin Abdillah bin Az-Zuhri, dari ayahnya, ia berkata: (Ketika Sahlah ingin memberikan air susunya kepada Salim) Sahlah menuangkan air susunya pada sebuah wadah, lalu Salim meminum air susu tersebut dari tempatnya setiap hari. Setelah lima hari Salim meminum susu tersebut dari tempatnya setiap hari. Setelah lima hari Salim meminum susu itu maka ia diperbolehkan untuk bertemu Sahlah walaupun Sahlah tanpa menggunakan tutup kepala (jilbab), sebagai keringanan yang diberikan Nabi kepada Sahlah. (Kitab Thabaqat Al-Kubra 8/271 dan Kitab Al-Ishabah karya Ibnu Hajar 7/716)…… Kemudian juga, hadist tentang Sahlah sama sekali tidak memuat kata-kata menyentuh atau secara langsung,
oleh karenanya penuding tidak berhak untuk mnegatakan bahwa yang
mereka lakukan saat itu adalah perbuatan dosa. Apakah jika kita meminum
susu sapi atau susu kambing maka kita harus meminumnya secara langsung
atau menyentuh sapi terlebih dahulu?
Penjelasan terbaik untuk masalah ini diutarakan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Syarh Sahih Muslim
(10/13):Al-Qadhi mengatakan:”Sepertinya Sahlah mengeluarkan air susunya
terlebih dahulu, barulah setelah itu diminum oleh Salim, sehingga Salim
tidak perlu menyentuh apapun dan kulit tubuh mereka tidak ada yang
bersentuhan, karena tidak halal seorang laki-laki melihat organ susu
seorang wanita yang bukan mahramnya atupun menyentuhnya.”
Abu Umar mengatakan: Metode menyusui
seorang pria dewasa adalah dikeluarkan air susu ibunya terlebih dahulu,
kemudian ia meminumnya dari tempat lain. Dan tidak satupun ulama
yang memperbolehkan pria dewasa disusui secara langsung oleh ibu
susuannya. Dan pendapat inilah yang diunggulkan oleh Al-Qadhi dan Imam
An-Nawawi. (Kitab Syarhu Az-Zarqani 3/316).
Hanya dengan masuknya Salim ke dalam
rumahnya saja Abu Hudzaifah sudah cemburu, maka bagimana mungkin ia
memperbolehkan Sahlah untuk menyusui Salim secara langsung?
Jangankan menyentuh seperti itu, hanya bersalaman saja Nabi sudah mengharamkannya, karena beliau pernah bersabda:”Tertusuknya
kepala kamu dengan paku akan lebih baik bagi kamu daripada kamu
menyentuh wanita yang tidak dihalalkan bagimu (bukan mahram).”(Kitab Shahih Al-Jami’:5045). dan Nabi juga pernah bersabda:“Sesungguhnya aku tidak (pernah dan tidak akan pernah) bersalaman dengan kaum wanita (asing yang bukan mahramku).”(Kitab Shahih Jami’:5213)
Bagaimana mungkin nabi memperbolehkan
Salim untuk menyentuh bagian tubuh Sahlah tatkala beliau memerintahkan
Sahlah menyusui Salim, padahal beliau megharamkan kaum pria untuk
menyentuh tangan wanita yang bukan mahramnya?
Seorang ulama ilmu Nahwu, Ibnu Qutaibah Ad-Dinuri pernah mengomentari hadist tersebut.
Ia mengatakan: nabi hendak memahramkan Salim dan Sahlah, beliau juga
ingin mempersatukan mereka dalam satu rumah tanpa ada rasa canggung
diantara mereka, dan beliau juga mau menghilangkan rasa cemburu pada
diri Abu Hudzaifah sekaligus merasa senang dengan keberadaan Salim
dirumahnya. Nabi berkata:”Susuilah ia”
namun Nabi tidak mengatakan :Letakkan payudaramu dimulutnya.” Beliau
tidak mengatakan hal itu karena yang beliau inginkan
adalah:”Keluarkanlah air susumu pada suatu tempat, lalu berikanlah
kepadanya agar ia dapat meminumnya.: Inilah makna yang sebenarnya, tidak
ada dan tidak boleh dimaknai dengan interpretasi yang lain.
Pasalnya Salim tidak di perbolehkan untuk melihat bagian tubuh Sahlah
sebelum ditetapkan baginya hukum penyusuan, maka bagaimana mungkin ia di
perbolehkan untuk berbuat sesuatu yang diharamkan baginya (meminumnya
secara langsung), atau berbuat sesuatu yg tidak dapat dijamin syahwatnya
akan terjaga? (Kitab Ta’wil Mukhtalaf Al-Hadist karya Ibnu Qutaibah
hal.308-309).
Dengan penjabaran panjang lebar ini,tak ada alasan lagi para
penghujat islam menjadikan hadist salim sebagai tuduhan Rasulullah
mengajarkan perbuatan keji untuk mengenyot payudara wanita
asing.penjelasan di atas sudah lebih dari cukup bagi orang2 yang
menggunakan akal jernih nya.
TUDUHAN PENGHUJAT ISLAM: AISYAH MENGOBRAL PAYUDARA NYA PADA SIAPA SAJA UNTUK DI KENYOT LAKI-LAKI MANA PUN
Mereka mendasar kan kepada hadist malik 1113
Sahlah binti Suhail, isteri
Abu Hudzaifah dari Bani ‘Amir bin Lu`ai menemui Rasulullah Shalla Allahu
‘alaihi wa sallam dan berkata; “Wahai Rasulullah, kami dulu melihat
Salim sebagai anak yang masih kecil, dia sering memasuki kediamanku,
sedang saya memakai pakaian sehari-hari dan kami tidak mempunyai rumah
kecuali hanya satu. Menurutmu bagaimana kami harus menyiasatinya?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Susuilah dia sebanyak lima kali susuan, sehingga dengan itu dia menjadi anak dari jalan persusuan.“ Aisyah Ummul Mukminin lalu melakukannya terhadap orang-orang yang ia ingin bertemu dengannya. Maka ia menyuruh
saudara wanitanya, Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash Shiddiq dan
anak-anak perempuan dari saudaranya untuk menyusui orang yang dia sukai
untuk bertemu dia
Jelas dalam hadist di atas yang saya bold yang menyusui bukan nya
Aisyah,aisyah menyuruh saudara wanita nya ummu kultsum bin abu bakar
as-shiddiq dan anak-anak perempuan dari saudara nya untuk menyusui orang
yang aisyah sukai untuk bertemu dengan nya agar menjadi saudara
susu.jadi bukan aisyah yang menyusui….tetapi saudarinya dan ponakan2
wanita nya.dan penyusuan nya ketika masih bayi.
PERBEDAAN PENDAPAT AISYAH DENGAN ISTERI-ISTERI NABI YANG LAIN SOAL KASUS PENYUSUAN SALIM,APAKAH KHUSUS BAGI SALIM ATAU TIDAK?
Aisyah masih menerap kan kasus salim untuk menjadikan laki-laki
dewasa sebagai saudara susu.tetapi isteri2 nabi lain nya menolak
nya,sebab mereka berpendapat hadist itu cuma ke khususan bagi salim
saja.seperti dalam malik 1113:
Mereka lalu berkata; “Tidak,
demi Allah, menurut pendapat kami perintah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kepada Sahlah binti Suhail tidak diberikan kepadanya
kecuali sebagai keringanan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
dan itu khusus baginya. Tidak, demi Allah, seseorang
tidak boleh bertemu dengan kami hanya lantaran penyusuan semacam ini.”
Begitulah pandangan isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
mengenai penyusuan anak dewasa atau yang beranjak besar.”
Al-Hafizh Ibnu Abdi Al-Barr menegaskan: Abu
Malikah yang tidak menyampaikan hadist ini selama satu tahun memberi
tanda bahwa hadist ini telah lama di tinggalkan dan tidak pernah di
kerjakan lagi. Jumhur ulama memandang bahwa hadist ini tidak untuk
secara umum, mereka menganggap hadist ini hanya dikhususkan bagi Salim
saja.(Kitab Syarhu az-Zarqani ala Al-Muwathatha 3/292).
Setelah menyevbutkan hadist ini, Al-Hafizh ad-Dharimi juga mengatakan dalam kitab sunannya:”Hadist ini dikhususkan bagi Salim seorang.”
Pendapat yang sama juga disebutkan pada riwayat-riwayat lainnya.
Salah satunya adalah riwayat yang disebutkan oleh Imam Muslim, dari Ummu
Salamah, ia berkata:”Seluruh istri-istri nabi menolak untuk menggunakan
hukum penyusuan bagi kaum pria yang ingin bertemu dengan mereka. Lalu
mereka berkata kepada Aisyah: Demi Allah, kami hanya melihat hukum itu
sebagai keringanan dari Nabi yang khusus diberikan kepada Salim. Karena
itulah kami tidak ingin seorangpun bertemu dan melihat kami dengan
menggunakan hukum itu.”
Dengan demikian maka yang dilakukan oleh Aisyah (jika memang atsar
itu shahih) tidak lain adalah ijtihad (pendapatnya pribadi) saja,
sedangkan yang dipahami dan dilakukan oleh para sahabat dan istri-istri
Nabi lainnya bertolak belakang dengan Ijtihad tersebut.
Para ulama memandang bahwa makna yang nyata dari hukum keringanan
penyusuan pada Salim adalah keringanan untuk dirinya seorang, tidak
untuk orang lain. sedangkan makna
dari riwayat Aisyah kemungkinan besar adalah: apabila Aisyah memiiki
firasat baik pada seorang bayi dan ia ingin agar anak itu nanti dapat
bebas bertemu dengannya setelah dewasa nanti, maka ia menyuruh
kemenakan-kemenakan perempuannya untuk menyusui mereka selagi mereka
masih bayi, sehingga setelah mereka dewasa nanti mereka dapat bebas
bertemu dengan Aisyah (sebagai bibi dari ibu susu mereka).
Pasalnya pendapat inilah yang dipilih oleh sebagian besar para istri
Nabi, sebagian besar para sahabat, dan jumhur ulama. Makna itulah yang
dapat dipahami dari dalil yang nyata yang bersebelahan dengan makna
hadist Sahlah binti Suhail. Kalau seandainya hukum menyusui itu mutlak
untuk semua orang (tidak hanya untuk para bayi yang kurang dari 2
tahun), maka hukum itu tentu akan banyak diketahui dan diikuti oleh para
sahabat dan ulama salaf, mereka juga meriwayatkan pendapat yg sama dari
berbagai sanad……pendapat yang tepat menurut saya ialah memang hadist
itu ke khususan bagi salim saja,sesuai pendapat isteri2 nabi selain
aisyah.
BAGAIMANA DENGAN FATWA DARI DR IZZAT ATHIYYAH?
Dr
‘Athiyyah menyatakan bahwa syariat membolehkan salah seorang dari
orang-orang berusia baligh (laki-laki atau perempuan) yang oleh kondisi
tertentu terpaksa tetap berkhalwat (berdua-duaan) untuk menyusui dari
ibunda atau saudara perempuan lawan jenisnya sehingga keduanya dapat
menjadi dua bersaudara dalam ‘susuan’, untuk selanjutnya hubungan
seksual di antara mereka menjadi haram karenanya. – See more at: http://www.arrahmah.com/read/2007/09/19/1019-mesir-akhirnya-al-azhar-copot-pemberi-fatwa-heboh-bolehnya-menyusui-orang-d.html#sthash.TMHYw84F.dpuf
http://www.arrahmah.com/read/2007/09/19/1019-mesir-akhirnya-al-azhar-copot-pemberi-fatwa-heboh-bolehnya-menyusui-orang-d.html
Jika fatwa itu bertentangan dengan pemahaman islam yang benar,tentu
fatwa itu salah walau di keluar kan orang semacam izzat athiyah.banyak
fakta dan kasus dalam sejarah islam fatwa-fatwa nyeleneh yang di keluar
kan yang di katakan ulama-ulama.mereka manusia biasa yang bisa salah dan
tergelincir.contoh nya ini .pada
masa lalu bahkan ada ulama yang mengharam kan kopi karena di anggap
sebagai anggur…dan fatwa boleh melihat wanita yang di pinang dengan
telanjang bulat.fatwa-fatwa aneh itu dapat dengan mudah di bantah oleh
para ulama-ulama yang mendalam ilmu nya.lagi pula,dr izzat athiyah
tampak nya tak menjelas kan prosedur penyusuan nya dengan cara mengenyot
payudara langsung dari berita2 yang saya baca.penjelasan di atas sudah
cukup untuk menjawab segala pertanyaan dan hujatan.dan sekali-kali umat
islam tak akan sepaham dengan pendapat2 sesat.
إن أمتي لا تجتمع على ضلالة فإذا رأيتم الاختلاف فعليكم بالسواد الأعظم يعني الحق وأهله
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada as sawaadul a’zham yaitu al haq dan ahlul haq” (HR. Ibnu Majah 3950, hadits hasan dengan banyaknya jalan kecuali tambahan من شذ شذ إلى النار sebagaimana dikatakan oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 1331)
إن أمتي لا تجتمع على ضلالة فإذا رأيتم الاختلاف فعليكم بالسواد الأعظم يعني الحق وأهله
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada as sawaadul a’zham yaitu al haq dan ahlul haq” (HR. Ibnu Majah 3950, hadits hasan dengan banyaknya jalan kecuali tambahan من شذ شذ إلى النار sebagaimana dikatakan oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 1331)
Dari artikel ‘Makna Al Jama’ah dan As Sawadul A’zham — Muslim.Or.Id‘
Daftar pustaka
http://mizanuladyan.wordpress.com/2012/11/02/menjawab-tuduhan-hadist-mengenai-menyusui-orang-dewasa/
http://118.97.239.242/hadist/-kaca=temahadist&imam=malik&ID_Bab=637.htm
http://1001hadits.blogspot.com/2012/01/17-tentang-menyusui-orang-dewasa.html
http://fiqh-sunnah.blogspot.com/2010/06/175-dalil-dalil-yang-mengharamkan.html
http://mizanuladyan.wordpress.com/2013/09/27/membahas-tentang-hadis-salim-tentang-menyusui-laki-laki-dewasa/
COMMENTS