senja | harta paling berharga | istri soleha
Saat memperhatikan alam, saat memperhatikan langit yang berawan, terkadang awan berwarna kehitaman, terkadang putih, terkadang menghilang. Awan tak dapat diraih juga tak dapat dirasakan, hanya hujan yang dapat diberikannya. Aku memahaminya saat hujan itu turun dari langit, dari atas ke bawah. Aku mencoba melempar batu ke atas untuk membuktikan bahwa batu akan tetap kembali ke bawah, ternyata benar, batu tetap kembali ke bawah. Maka dari itu, walau sejuta manusia mengatakan bahwa turun itu ke atas, aku akan tetap berkata bahwa turun itu dari atas ke bawah. Tidak etis kalau yang bawah memberikan hujan untuk yang atas.
Tatapan
mataku menitik ke barat, terlihat matahari yang memerah kekuning-kuningan alias
orange dan sinarnya kian redup, semakin lama-semakin redup. Sinarnya yang redup
tidak seperti saat berada di timur, walalupun sama-redup, tapi sinar di timur
terlihat berbeda. Begitupun saat dia berada di tengah antara timur dan barat,
sinarnya kian benderang menyinariku bahkan terasa panas bergejolak.
Pantulan
sinar mentari itu mengambang di atas danau, bayangannya terlihat berbeda
walaupun sama-sama berbentuk lingkaran, akan tetapi sedikit bergoyang-goyang,
menyesuaikan dengan keadaan dan gerakan air danau yang berombak tenang. Bayangan
memang tidak akan pernah sama dengan aslinya.
Aku melempar
batu ke permukaan danau, lalu batu itu terpantul tiga kali di atasnya. Setelahnya
aku mencoba menambah kekuatan agar batu itu dapat tenggelam, akan tetapi,
bukannya tenggelam, melainkan memantul lebih keras hingga empat kali pantulan. Lalu
aku melemparnya lembut, ternyata batu yang ku lempar dapat tenggelam dengan
tenang hingga dasar yang paling dalam.
Aku melihat
jam tanganku yang menunjukan 05 : 43 PM. “Saatnya pulang” pikirku. Di
perjalanan pulang, aku teringat jam tangan ini. Sudah 10 tahun aku memakainya. Tapi
belum ada kerusakan yang pasti, warnapun msh tetap sama dengan 10 tahun yang
lalu. Aku membelinya khusus dari teman lama, walaupun mahal. Tapi dia menjual
ke padaku lebih murah. Memang sesuai harga. Berbeda saat aku membeli sebuah jam
sebelum ini yang harganya jauh lebih murah, warnanya pudar, mudah tergores, aku
tiga kali membeli merek yang sama dan tiga kali pula rusak. Ternyata harga tiga
jam itu lebih mahal dari satu jam yang sedang ku pakai saat ini. Tadinya pengen
irit, jadi orot akhirnya.
Aku meninggalkan
danau dan berjalan menyusuri trotoar sore itu. Terlihat gedung mewah nan megah,
kokoh dan gagah sekali. Gedung itu mencapai waktu yang cukup lama untuk di
bangun. Aku menghampiri gedung itu, lalu melihat-lihat kedalam, banyak orang
yang beraktivitas, sibuk. Padahal ini mau datang waktu magrib, sepertinya
mereka tidak menghiraukannya. Mungkin mereka bukan muslim. Aku tetap terpesona
dengan bangunan yang megah ini. Struktur bangunan dan asasnya begitu kuat, tak
khayal jika bangunan ini kuat bila asasnya kuat. Aku menyebrangi jalan saat tak
ada mobil melintas, memasuki gang kecil, sangat kecil sekali, coba lebih besar,
coba lebih besar, bias di manfaatkan untuk akses mobil. Semakin besar, semakin
bermanfaat lebih banyak. Lalu tiba di sebuah jalan besar yang lain, terlihat
mobil lalu-lalang. Lalu, aku melewati bangunan yang ambruk, kerusakannya parah
sekali, bangunan ini saat dibangun tidak terlalu lama, bahkan sangat singkat
dan sebentar. Para peneliti mengatakan bahwa bangunan ini memiliki asas yang
lemah dan tidak berkualitas, di tambah terburu-buru untuk membangunnya,
sehingga gedung ini jatuh, ambruk dan gagal memberikan fungsinya.
Lalu aku
memasuki gang kampungku, udaranya masih sejuk karena masih banyak pertanian dan
perkebunan di desaku. Di tambah masih sedikit yang memakai kendaraan. Di perjalanan
itu aku melihat pak Makmur dari kejauhan. Dia adalah seorang petani yang giat
sekali, salah satu yang membuatnya semangat adalah anak-anaknya dan juga
istrinya. Anak-anak dan istrinya adalah harta paling berharga, itulah yang dia katakana
padaku. Dia sering bercerita padaku tentang keluarganya juga tentang
pekerjaannya sebagai seorang petani. Kebun dan sawah yang dikelolanya selalu
mendapat lebih banyak keuntungan dari yang lain, dia memiliki konsep yang jitu
tentang pengelolaan tanaman-tanamannya. Suatu saat dia pernah bilang padaku.
“Bila
kamu ingin mendapatkan tumbuhan yang baik juga buah-buahan yang banyak yang di
hasilkannya, kamu memerlukan 3 hal. Pertama bibit yang unggul, kedua lahan yang
baik dan ketiga cara pengelolaanya yang baik, tidak terlalu banyak air juga
tidak terlalu banyak pupuk, teratur sesuai kebutuhan.”
Aku tersenyum
sendiri mengingat nasehat dari pak Makmur. Lalu aku berfikir,itu adalah konsep
yang sama dengan kehidupan manusia. Percuma lahan bagus bibit jelek, percuma
bibit baik lahan tidak memadai. Dalam hati aku berdoa semoga Allah memberikan
lahan yang baik untukku. Banyak hikmah
perjalanan sore itu, yang dapat terungkap, tergantung bagaimana kita
membacanya.
by : andailyas
COMMENTS