nonton film arie hanggara, angeline
TEMPO.CO, Jakarta - Pembunuhan Angeline mengingatkan akan penyiksaan terhadap Arie Hanggara pada 1984 yang juga berakhir dengan kematian. Angeline dan Arie sama-sama meninggal pada usia belia, masing-masing 8 dan 7 tahun.
Kematian keduanya diduga dilakukan orang terdekat. Meninggalnya Angeline diduga didalangi Margriet, ibu angkatnya. Margriet pun ditetapkan sebagai tersangka kasus penelantaran anak. Pekerja di rumah Margriet, Agustai Hamdani, mengaku menghabisi nyawa Angeline.
Sebelum meninggal, siswi kelas II SDN 12 Sanur, Bali, ini diduga mengalami penyiksaan dan perlakuan tidak layak. Aktivis perlindungan perempuan dan anak, Siti Sapurah, menduga kuat perlakuan kasar tersebut dilakukan Margriet. Sebab, Sapurah sudah bertemu langsung dan berbicara dengan orang yang pernah lama tinggal bersama keluarga tersebut.
"Dipukulin setiap hari. Sebelum berangkat, (Angeline) harus kasih makan ayam. (Angeline) cuma dikasih mi kering," kata Ipung--sapaan Sapurah. Menurut dia, Margriet tidak suka melihat Angeline bermain layaknya anak seumurannya.
Angeline pun menghilang sejak 16 Mei 2015. Hilangnya Angeline diumumkan keluarga angkatnya lewat akun Facebook bernama Find Angeline-Bali's Missing Child. Setelah dilakukan pencarian, pada 10 Juni 2015, polisi menemukan Angeline sudah tewas terkubur di dekat kandang ayam belakang rumah ibu angkatnya.
Adapun hidup Arie justru tewas di tangan ayah kandungnya, Machtino Eddiwan. Penyiksaan juga dilakukan ibu tirinya, Santi.
Awalnya, dalam tas siswa kelas I SD Perguruan Cikini, Jakarta, itu ditemukan uang Rp 8.000. Menurut Arie, uang itu diambil dari tas seorang pelajar SMA Yaperci. Santi yang berang langsung menampar dan membenturkan kepala Arie ke tembok.
Machtino pun turut memukulinya dengan tangkai sapu. Dia juga menyuruh Arie berdiri menghadap tembok, mengikat tangannya, serta memerintahkan jongkok-berdiri beberapa kali sampai kelelahan, kelaparan, dan kehausan.
Setelah lima hari, Arie menjalani siksaan sampai tak masuk sekolah. Kemudian sang ayah menjumpai Arie jatuh terduduk. Celakanya, Machtino malahan menghajarnya dengan pukulan yang lebih keras. Malam itu, Arie rupanya sudah tak kuat lagi menanggung siksaan. Dia meninggal sewaktu dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Tetangga Machtino memberikan kesaksian menuturkan Santi-lah yang sering memarahi Arie. Para tetangga juga pernah melihat Santi mengacungkan sebilah pisau kepada Machtino sambil berteriak-teriak. Santi kabarnya merasa berat harus mencari nafkah karena suaminya terus menganggur.
Saat pemakaman Arie, Machtino pun menangis. "Maafkan Papa, Arie. Papa tak bermaksud membunuhmu," ujarnya di sela tangis.
Kematian keduanya diduga dilakukan orang terdekat. Meninggalnya Angeline diduga didalangi Margriet, ibu angkatnya. Margriet pun ditetapkan sebagai tersangka kasus penelantaran anak. Pekerja di rumah Margriet, Agustai Hamdani, mengaku menghabisi nyawa Angeline.
Sebelum meninggal, siswi kelas II SDN 12 Sanur, Bali, ini diduga mengalami penyiksaan dan perlakuan tidak layak. Aktivis perlindungan perempuan dan anak, Siti Sapurah, menduga kuat perlakuan kasar tersebut dilakukan Margriet. Sebab, Sapurah sudah bertemu langsung dan berbicara dengan orang yang pernah lama tinggal bersama keluarga tersebut.
"Dipukulin setiap hari. Sebelum berangkat, (Angeline) harus kasih makan ayam. (Angeline) cuma dikasih mi kering," kata Ipung--sapaan Sapurah. Menurut dia, Margriet tidak suka melihat Angeline bermain layaknya anak seumurannya.
Angeline pun menghilang sejak 16 Mei 2015. Hilangnya Angeline diumumkan keluarga angkatnya lewat akun Facebook bernama Find Angeline-Bali's Missing Child. Setelah dilakukan pencarian, pada 10 Juni 2015, polisi menemukan Angeline sudah tewas terkubur di dekat kandang ayam belakang rumah ibu angkatnya.
Adapun hidup Arie justru tewas di tangan ayah kandungnya, Machtino Eddiwan. Penyiksaan juga dilakukan ibu tirinya, Santi.
Awalnya, dalam tas siswa kelas I SD Perguruan Cikini, Jakarta, itu ditemukan uang Rp 8.000. Menurut Arie, uang itu diambil dari tas seorang pelajar SMA Yaperci. Santi yang berang langsung menampar dan membenturkan kepala Arie ke tembok.
Machtino pun turut memukulinya dengan tangkai sapu. Dia juga menyuruh Arie berdiri menghadap tembok, mengikat tangannya, serta memerintahkan jongkok-berdiri beberapa kali sampai kelelahan, kelaparan, dan kehausan.
Setelah lima hari, Arie menjalani siksaan sampai tak masuk sekolah. Kemudian sang ayah menjumpai Arie jatuh terduduk. Celakanya, Machtino malahan menghajarnya dengan pukulan yang lebih keras. Malam itu, Arie rupanya sudah tak kuat lagi menanggung siksaan. Dia meninggal sewaktu dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Tetangga Machtino memberikan kesaksian menuturkan Santi-lah yang sering memarahi Arie. Para tetangga juga pernah melihat Santi mengacungkan sebilah pisau kepada Machtino sambil berteriak-teriak. Santi kabarnya merasa berat harus mencari nafkah karena suaminya terus menganggur.
Saat pemakaman Arie, Machtino pun menangis. "Maafkan Papa, Arie. Papa tak bermaksud membunuhmu," ujarnya di sela tangis.
Selamat Menyaksikan
COMMENTS